skip to main |
skip to sidebar
Contagious
Contagious. Menular. Banyak hal dalam hidup kita ternyata menular. Bukan cuma penyakit. Bukan cuma virus dan bakteri. Bukan cuma pilek anak saya yang pagi ini mulai menular ke adiknya, dan ke mamanya, lalu ke saya.
Banyak hal dalam hidup ini - cepat atau lambat, dengan mudah atau melalui proses - menular kepada orang di sekitar kita. Bukan cuma yang baik. Tapi juga yang kurang baik. Nggak hanya kebiasaan baik - namun juga kebiasaan buruk. Bukan hanya antusiasme - tapi juga sikap tak acuh. Bukan hanya ketekunan melayani - tapi juga keengganan untuk melangkah dalam pelayanan.
Itulah kenapa Yesus mengajarkan hukum kasih, agar kita juga menularkan kasih - bukan kekerasan. Oleh alasan itulah Kristus mengadakan banyak mujizat, agar kita juga mentransformasi dunia kita menjadi lebih baik. Bahkan dengan prinsip penularan itulah Allah rela menyerahkan nyawa-Nya bagi kita (Yoh. 3:16) ... supaya kita juga menyerahkan nyawa kita bagi sesama (I Yoh. 3:16).
Entah Anda dan saya sebagai penatua, pendeta, ayah, ibu, manager, direktur, karyawan biasa, buruh, atau ibu dan bapak rumah tangga, kita perlu menyadari hukum alam tentang penularan ini, dan mengoptimalkannya untuk melayani Tuhan.
***
Dalam konteks Gereja, kalau seorang penatua rajin dalam mengunjungi warganya, maka itu akan menular - warga jemaat akan dengan sukacita mengunjungi satu sama lain.
Kalau seorang pendeta bertekun dalam pembangunan spiritualitas diri dan keluarganya, that also is very contagious - warga jemaatnya pun akan dengan tekun membangun spiritualitas diri dan keluarganya.
Kalau seorang manajer marketing bersikap antusias dalam memperluas jaringan relasi, dan memelihara client-network-nya, maka karyawannya pun pasti akan tertular antusiasme yang sama.
Kalau seorang buruh bersemangat dan jujur dalam bekerja, maka dirinya akan bersinar begitu terang di tempat kerjanya, hingga bahkan sang CEO pun akan tertular semangat dan kejujuran yang sama.
***
Tapi kalau sang penatua sibuk dengan urusan kerja dan bisnisnya sendiri dan tidak mau meluangkan waktu untuk memberi perhatian bagi warga jemaatnya, maka warga jemaatnya pun akan sibuk dengan urusannya sendiri.
Kalau - maaf - sang pendeta hanya buka Alkitab kalau mau persiapan khotbah Minggu, Persekutuan Doa, Pendalaman Alkitab, atau Sarasehan, maka jangan terlalu berharap warga jemaatnya sehari-hari akan akrab dengan Firman Allah.
Kalau seorang ayah atau ibu tidak pernah meluangkan waktunya untuk menyenangkan anak-anaknya, ya jangan terlalu berharap sang anak akan betah di rumah.
***
Itulah kenapa Bob Marley pun mengingatkan dalam lagunya, "Don't Worry Be Happy" :
"Cos when you worry your face will frown, and that will bring everybody down, so don't worry, be happy."
"Karena kalau kamu kuatir, mukamu akan jadi muram, dan semua orang pun akan ikut-ikutan muram. Jadi jangan kuatir deh, happy aja lah."
***
Ya. Banyak hal menular. Karenanya, mari menularkan yang baik bagi keluarga, tetangga, warga gereja, teman kerja, bawahan, atasan, dan rekan usaha.
Semoga kehadiran blog ini bisa menularkan hal-hal yang baik bagi kehidupan Anda dan orang-orang yang Anda kasihi. Kalau ada hal yang negatif, ya mohon dimaafkan saja - atau lebih baik lagi, sampaikan komentar Anda. Seperti yang ditulis oleh si Uda di dinding rumah makan Padang dekat rumah, "Jika Anda puas, beri tahu kawan. Jika Anda kurang puas, beri tahu kami."
Tuhan memberkati Anda. Amen.
Pangkalanjati, August 08
jk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar