28 Oktober 2008

Leaving Home Ain't Easy




I take a step outside
And I breathe the air
And I slam the door
And I'm on my way
I won't lay no blame
I won't call you names
'Cause I've made my break
And I won't look back
I've turned my back
On those endless games

I'm all through with ties
I'm all tired of tears
I'm a happy man
Don't it look that way
Shakin' dust from my shoes
There's a road ahead
And there's no way back home (no way back home)
Oh but I have to say

Leavin' home ain't easy
Oh I never thought it would be easy
Leavin' on your own
Oh there's a million things calling me back
Leavin' home ain't easy
On the one you're leavin' home

Stay my love my love please stay
Don't stray my love what's wrong my love?
What's right my love?

Oh leavin' home ain't easy
I thought how could I think of leavin'
Leavin' on your own
Still tryin' to persuade me that
Leavin' home ain't necessarily the only way
Leavin' home ain't easy
But may be the only way


Lirik dari lagu "Leaving Home Ain't Easy" oleh Queen
Musik dan lirik oleh Brian May


jk



09 Oktober 2008

AYAM vs TELOR




Refleksi santai atas kisah penciptaan di Kejadian 1. Hehehe.

Q :
Duluan mana AYAM atau TELOR?
A : Jelas duluan AYAM.

1. Kalo telor duluan, emangnya yang ngeremin siapa? Mbok Berek? Ato Ny. Suharti? Dulu kan belom ada lampu bohlam 5-watt buat ngangetin!


2. Menurut Kitab Kejadian, Tuhan menciptakan ayam, bukan telor ayam. Kalo telor duluan, kasian Mas Adam harus nunggu telornya netes dulu baru bisa kasih nama. Kasian juga Mbak Hawa, dapet tugas ngeremin telor-telor berbagai jenis unggas dan reptil. Bayangin kalo harus ngeremin telor Tyrannosaurus Rex! Hehehe.


3. Iya,iyaaaaa ... karena saya nulisnya di atas 'ayam' duluan kaaan??? ;-p


Niiih, pertanyaan yang lebih menantang :
"Ayam diciptain hari kelima atau keenam?"


Hari kelima Tuhan 'kan menciptakan burung-burung di udara ... hari keenam Tuhan 'kan menciptakan binatang di darat ... nah, ayam kan termasuk jenis unggas/burung? Tapi kan ... ayam nggak bisa terbang??? Hayooo ... :-)



Smile,
jk



07 Oktober 2008

Belajar dari lanthing




Bagi Anda yang belum 'ngeh' apa itu lanthing - lanthing adalah snack khas dari Kebumen dan daerah sekitarnya. Bentuknya kecil-kecil menyerupai angka delapan (delapan angka Latin lho ... bukan delapan Romawi ... hehehe).

Lanthing selalu always terbuat dari singkong. Cara membuatnya pun mudah. Singkong dibuat gethuk, lalu digiling atau dipilin kecil panjang-panjang seperti mie, kemudian dibentuk angka delapan, dan setelah itu dijemur sampai kering. Terakhir, tinggal digoreng deh. Mudah bukan? Mau coba bikin? Ah, repot amat, mendingan beli. Sekarang di Jakarta pun banyak toko oleh-oleh yang jual. ;-p

Nah, yang menarik dari lanthing adalah apa yang saya sebut "REVOLUSI RASA"-nya. Beugh ... apa pula itu revolusi rasa?

Begini ceritanya ... dulu setahu saya, yang namanya lanthing itu cuma ada rasa "original", yaitu gurih rada asin. Buat saya dan beberapa teman, lanthing yang rasa original ini rasanya lumayan enak, tapi kurang menarik karena rada mbosenin.

Whee lhadalah ...
kira-kira beberapa tahun terakhir ini, yang namanya lanthing itu ternyata nggak kalah 'genit' dengan Chiki, Taro, atau Pringles ... ada rasa keju, rasa jagung, bakar, dan rasa pedas manis ... selain tentunya rasa original pun tetap ada. And guess what? Konon itu semakin meningkatkan angka penjualan lanthing dari tahun ke tahun - paling tidak itu penuturan penjaga toko oleh-oleh di stasiun Kebumen, sesaat sebelum saya pulang ke Jakarta beberapa waktu lalu. Keren. Interesting. Inspiring.

Hmmm ...
Belajarlah dari lanthing ...
Berubahlah menjadi lebih baik, lebih fleksibel, lebih akomodatif, lebih berwarna, lebih berasa, lebih reaching out, lebih komunikatif.

Be more flexible. Be more acceptable. Be more open and prepared to necessary changes in life.



03 Oktober 2008

Home Alone




Hehehe. Hari ini genap 6 hari aku home alone di rumah. Lumayan. Ada banyak hal yang aku pelajari. Terutama betapa berartinya kehadiran istri dan anak-anakku di rumah.
Meskipun aku relatif bisa handle pekerjaan-pekerjaan rumah yang perlu kulakukan, tapi tetap saja aku merasa hasil kerjaku nggak sebaik hasil kerjaan istriku. Hehehe. Nyapu, ngepel, nyuci piring, nyuci baju, jemur baju, jemur kasur, siram taneman, rapiin buku dan DVD, buang sampah, bakar sampah, kuras bak, isi bak mandi, masak nasi, bikin lauk, bikin minuman panas, grocery shopping, dll., itu semua kulakukan ... tapi tetep aja aku nggak ngerasa hebat. Kenapa? 'Cos I'm not even with the kids!!! Maksudnya?

Kebayang kan kalo pas kutinggal pelayanan ato ke mana gitu yang berhari-hari, istriku yang urus rumah sendiri, PLUS ngurus Natalie dan Valerie - all on her own. Darling, you are truly a superwoman. I'm really proud having you by my side, you know. I love you, my wonderful wife ... :-)



Aduh jadi kangen. Ah, good news is, besok mereka pulang -- hmmm ... siang atau sore yah? Mama, Mbak, Dede ... Papa kangen kalian!!!

Love,
jk


01 Oktober 2008

Selamat Idul Fitri 1429H



Tadi pagi dah silaturahmi sama tetangga ... dah silaturahmi sama sodara di Cempaka Putih sama di Kampung Makassar juga. Lunas dah kewajiban silaturahmi. Hehehe.

Selamat Idul Fitri ... Selamat Hari Lebaran ... Minal aidin wal faidzin ... mohon maaf lahir dan bathin.

Sekarang tinggal ngurusin perut
(hehehe ... both infinitives ... "urus" and "kurus" ... wakakakaka!) yang kagak mau kompromi karena abis nge-blend tape-uli, ketupat, gudeg, sambel goreng daging, rendang, ayam goreng, es buah, teh manis, nastar, bakso, mie goreng, kerupuk udang, ama kacang mete. Hehehe. Siklus mules setahun sekali harus dihadapi dengan sabar ... ;-p


Cheerz,
jk



Mudik ... and back!




Okay, okay, it's been a while. Better late than never, eh? So, I went to Grujugan in Petanahan, Kebumen, with my wife and kids last week. We left Monday morning by train, having a marvelous 7-hour trip to Kebumen. We stayed, well, I stayed in Grujugan until Saturday morning, and ... here I am now, back in Jakarta. I got back in Jakarta Saturday afternoon. My wife and kids are still there now - will be back here on Saturday, I suppose. Hehehe.

Many things to tell you about, but am too lazy to write now. Well, basically I learned many things about being a pastor, being a good dad, and now that I'm at home and need to take care of myself, I'm also learning how wonderful my wife is. It's not easy to take care of the house on your own you know. And I'm not even with the kids! So, thanks a million to my wonderful wife.

Being a pastor is not an easy job (well, is it a "job" at all? hehehe). You really need to perpetually learn to be humble and to self-sacrifice. What you do, what you say, even what you think are subject to other people's observing eyes. Well, I guess that's one thing why it's not called a "job". It's rather a calling. A calling to live for others. A calling to be for others ... no no no ... it's a calling to deny your self-being for the sake of others. There. I've said it.

So, why I left my wife and kids in Grujugan? Well, only one reason. Last Sunday evening I had a meeting with pastor and presbyters of GKJ Bekasi (Pak Bambang, Pak Wisnu, and Pak Andreas), to receive the official letter from GKJ Bekasi regarding my designation/candidacy as pastor candidate/designate of GKJ Bekasi.

Oh, the above pic is the one took at a small train station during my trip back to Jakarta. Yes, the little boy by the train is the traditionally-known "child railway beggar" who would ask for money from passengers in trains stopping by at the station. Not a good picture, eh? Well, that's typical in this area. I didn't give anything to him, cos for sure I don't go with child exploitation - although some say it's been a long-living tradition in the area. The kids are not from poor families. They have parents, they have good houses, they go to school. They are simply exploited by some "preman" from the villages. Well, why on earth should I support child exploitation? No way. No friggin' way.

Well, that's all. Mudik ... and back!

Cheerz,

jk



11 September 2008

Gaji Papa Berapa?





Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Sarah, putra pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya.


Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur ?" sapa Andrew sambil mencium anaknya.

Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"

"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"

"Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat.

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?"

Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Andrew beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya. "Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,-untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong" katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Andrew. Tetapi Sarah tidak beranjak.

Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian, Sarah kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah".

"Tapi Papa..."

Kesabaran Andrew pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan Sarah.

Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata, "Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa."

"Jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Andrew.

"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".

"lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Andrew lembut.

"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp.15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp.5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Sarah polos.

Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.


"Bagi dunia kau hanya seseorang, tapi bagi seseorang kau adalah dunianya."

GBU,
jk

p.s. : Terima kasih banyak kepada Bpk. Pdt. Siswo Pranoto (GKJ Kaligesing) untuk posting ceritanya di GKJnet Mailing List.

04 September 2008

Jokes of the Week





ALKITABIAH

Suatu hari, seorang istri sedang bersiap menyantap sepiring pisang goreng yang masih panas ...


Suami : 'Ma ... bagi dong ...'
Istri : 'Ada tertulis : janganlah kamu mengingini milik orang lain.'
Suami : 'Ada tertulis juga : berilah, maka kamu akan diberi.'
Istri : 'Hai pemalas, pergilah kepada semut dan contohilah lakunya !'
Suami : 'Kasihilah sesamamu manusia ...'


Akhirnya, dengan terpaksa sang istri menyerahkan sebuah pisang goreng kepada suaminya...


Istri : 'Nih, pergilah ! Dan jangan berbuat dosa lagi!!!



ANAK POLOS


Pada saat Sekolah Minggu, ibu pengajar berkata di depan anak-anak, 'Siapa yang ingin bertemu Bapa diSurga, angkat tangannya tinggi-tinggi?'


Ibu pengajar tiba-tiba kaget, melihat si Kames tidak mau angkat tangannya, 'Lho, Kames, kenapa tidak ingin bertemu Bapa di Surga?'


Jawab Kames, 'Maaf Ibu Guruuuu, tadi Mama pesan ama Kames, setelah Sekolah Minggu selesai Kames harus lekas pulang, gitu ...'



BUKANNYA TAK TERTARIK


Selesai kebaktian seorang wanita dengan tersipu-sipu menghadap pendeta.


'Pak Pendeta, saya mohon maaf karena ketika tadi Bapak berkhotbah, suami saya telah berjalan keluar. Saya harap Bapak tidak beranggapan dia tak tertarik pada khotbah Bapak, tetapi ia memang suka berjalan kalau sedang tidur ....'




Laugh ... Jesus loves you! :-)
jk



P.S. : Many thanks to Ibu Pdt. Murtini Hehanussa for the jokes posted to GKJnet Mailing List




Pependaga Sinode GKJ Rayon I tahun 2008





Rekan-rekan terkasih,


Selasa-Rabu, 2-3 September 2008 lalu, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan Taman Impian Jaya Ancol (TIJA), Jakarta, telah berlangsung Pertemuan Pendeta dan Keluarga (Pependaga) Sinode GKJ Rayon I tahun 2008.


Saya sendiri terlibat sebagai bagian dari kepanitiaan - seru juga sih, meskipun super capek banget. Laporan lengkapnya nyusul yah, kalo udah ada foto-fotonya. Hehehe.


Buat teman-teman dan saudara-saudaraku di kepanitiaan Pependaga 2008, terima kasih banyak atas kerja tim yag begitu indah dan luar biasa - terutama teman-teman pemuda dan remaja dari GKJ Jakarta dan GKJ Bekasi yang kayaknya urat capeknya udah pada putus. Hehehe.


Mohon maaf juga kalau tutur kata dan tingkah laku saya selama Pependaga lalu kurang berkenan. Tuhan memberkati pelayanan kita. Amen.



4 September 2008,

jk



01 September 2008

Puasa dan Pencobaan : A Lifelong Battle




Refleksi atas kisah pencobaan Yesus dalam Matius 4:1-11


Pencobaan dan godaan ada di mana-mana di sekitar kita. Bahkan juga di dalam diri kita! Iblis bisa menggunakan siapa saja sebagai sumber godaan, bahkan menggunakan pikiran dan emosi kita sendiri. Pernahkah rekan-rekan digoda untuk marah-marah kepada orang yang bersalah kepada kita? (Saya memakai kata “marah-marah” untuk membedakannya dari “marah” … hehehe, tahu kan maksudnya?) Nah, padahal kita tahu bahwa saat kita marah-marah, itu akan menutup karya Allah dalam diri kita yang mengajak kita untuk mengampuni kesalahan orang lain. Bayangkan kalau itu terjadi pada godaan-godaan yang lebih besar … hubungan yang sedang “dingin” dengan istri/suami menggoda kita untuk selingkuh … kebutuhan hidup yang kian mendesak menggoda kita untuk korupsi atau mencuri … problema hidup yang kian menumpuk menggoda kita untuk mencari pelarian ke “dunia hitam” narkoba, minuman keras, prostitusi, dll.


Jadi, godaan itu bukan hanya di luar sana, tetapi justru di dalam diri kita. The great battle is not fought out there, it is here within our own selves. :-)


***





Dalam Matius 4:1-11 kita melihat kenyataan bahwa Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. Peristiwa itu terjadi setelah Yesus dibaptis, setelah Tuhan menyatakan bahwa Ia adalah Anak Allah yang terkasih, bahkan setelah ia berpuasa 40 hari 40 malam.


Tiga pencobaan yang Yesus hadapi dan alami sesungguhnya bisa diringkaskan menjadi satu hal, yaitu : PENCOBAAN ATAS KESIAPAN DIRI YESUS UNTUK MENYANGKAL DIRI DAN MEMIKUL SALIB (tentang “menyangkal diri dan memikul salib”, lihat tulisan saya sebelum ini). Kita tahu bersama bahwa misi utama Yesus di dunia adalah untuk menjadi penebus dan pendamai bagi dosa-dosa manusia melalui sengsara, kematianNya di kayu salib, dan kebangkitanNya mengalahkan kuasa maut dan belenggu dosa. Nah, rupanya Iblis tahu misi Yesus ini, and he did not waste any time. He went straight and right to the point. Lawan dari menyangkal diri dan memikul salib adalah “membenarkan diri dan memuaskan keinginan daging (keinginan dan hawa nafsu)”. Itulah inti dari ketiga pencobaan Iblis terhadap Yesus.


1. Yesus yang habis berpuasa, lelah dan lapar, dicobai untuk menyalahgunakan kekuasaanNya – menggunakan kharismata/karunia yang dimilikiNya untuk memuaskan keinginanNya sendiri. “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Yesus pun kemudian menanggapinya dengan Firman Tuhan dari Ulangan 8 : 3, “manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.” Yesus menolak untuk mengarahkan hidupnya pada cara-cara cepat dan mudah untuk menjadi kenyang, untuk menjadi senang, untuk menjadi kaya, untuk menjadi berhasil. Yesus memilih untuk mengarahkan hidupnya sesuai kehendak Firman Tuhan. Yesus menolak untuk memakai karunia/kharismata yang dimilikiNya untuk kepentingan diri sendiri.


Thank God, Jesus did not fall for the first temptation! Wah, kebayang deh seandainya Yesus tergoda untuk mengubah batu menjadi roti demi memuaskan kelaparanNya, maka kita sekarang tidak mendapatkan figur teladan yang berkarakter begitu luar biasa. Teladan dunia ini sering kali mengecewakan … kelihatannya baik, tapi ternyata korupsi … kelihatannya saleh, tapi istrinya empat … weleh weleeeh


2. Iblis pun kemudian mencobai Yesus dengan menantang ego-Nya sebagai Anak Allah. Di sini misi penyangkalan diri Yesus-lah yang ditantang. Iblis berkata, “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Menghadapi itu, Yesus pun menjawab dari Firman Tuhan di Ulangan 6:16, “Janganlah kamu mencobai TUHAN, Allahmu.” Yesus menolak untuk mengarahkan hidupnya pada pemuasan ego dan pembenaran diri. Ia berpegang pada kehendak Tuhan, bahwa panggilan hidupNya adalah untuk menggunakan kemampuan Illahi-Nya untuk menolong sesama.


Sebagai buahnya, kita kini melihat Yesus sebagai role model untuk kerendahhatian dan penyangkalan diri. Perhatikanlah semua Injil – tidak pernah Yesus mengatakan atau membanggakan diriNya sebagai Mesias, Anak Allah, atau Juruselamat Dunia. Yesus merendahkan diriNya serendah-rendahnya, mengingkari semua ego-Nya, dan membiarkan nama Allah yang dimuliakan. Dan justru karena kerendahan hatiNya itulah, orang lain kemudian menyatakan pengakuan mereka bahwa Ia sungguh-sungguh adalah Mesias, Anak Allah, dan Juruselamat Dunia. Ingat kan, Petrus yang mengakui Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup (Mat. 16:16), kepala pasukan Romawi dan prajurit-prajuritnya yang mengawal penyaliban Yesus mengakui bahwa Ia adalah Anak Allah (Mat. 27:54), and let’s not forget Thomas, yang menyebut Yesus sebagai Tuhan dan Allahnya (Yoh. 20:28). Kesombongan dan pembenaran diri tidak membuahkan apa-apa – kerendahan hatilah yang mencerahkan dunia dan membuat Allah tersenyum.





3. Pada pencobaan terakhir, Iblis telah mengetahui bahwa Yesus adalah orang yang cukup setia dengan komitmenNya pada misi penyangkalan diri dan salib. Karena itu pada pencobaan yang ketiga, ia tidak lagi mulai mencobai Yesus dengan mengatakan, “Jika Engkau Anak Allah …”, melainkan langsung mengatakan, “Semua itu – semua kerajaan dunia dengan segala kemegahan dan kekuasaannya – akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Kepada Yesus ditawari kekuasaan dan kemewahan hidup. Dan Yesus secara tegas menentang hal itu. Yesus lagi-lagi mengutip Ulangan 6:13 yang menyatakan, “Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah.”


Satan finally unleashed his ultimate weapon – temptation on power and wealth (money). Penyangkalan diri dan sengsara salib – keduanya merupakan lawan dari kekuasaan dan kemewahan hidup. And thank God, Jesus did not fall for that.


Ada pepatah dalam bahasa Inggris, “When money starts speaking, even the angels stop singing.” (“Saat uang mulai bicara, bahkan malaikat pun berhenti bernyanyi.”). Uang sering kali membuat orang buta. Uang sering kali membuat orang kehilangan arah kehidupan – baik disadari maupun tidak disadari. Uang, karir, kekayaan, kekuasaan, kedudukan, jabatan, pangkat, itu semua sering kali membuat orang mengarahkan orientasi hidupnya kepada diri sendiri, dan lupa akan kehendak Tuhan. Uang, karir, kekayaan, kekuasaan, kedudukan, jabatan, pangkat, sering kali membuat orang mau bekerja sama atau sekedar tutup mata atau membiarkan terjadinya korupsi, kolusi, dan berbagai kejahatan yang terjadi di sekitar dirinya. Entah karena kejahatan itu membawa keuntungan langsung bagi dirinya, atau karena kalau dia menentang praktek kejahatan itu, maka dia akan kehilangan pekerjaan atau bisnisnya. Kalau seseorang bersikap seperti itu, sebenarnya dia sama saja dengan bekerja sama dengan si Iblis.




Sikap Yesus dalam menghadapi pencobaan dalam puasa 40 hari-Nya di padang gurun, memberikan kita teladan yang sangat jernih dan jelas tentang bagaimana kita harus mengarahkan hidup kita. Jangan mengarahkan hidup kita pada uang, kekayaan, atau kekuasaan, yang membuat hidup kita kehilangan arah dan melupakan kehendak Tuhan. Ingatlah misi utama hidup kita : mengikut Yesus, menyangkal diri, dan memikul salib. Ingatlah juga untuk terus bersahabat dengan Tuhan, bukan dengan Iblis. Jangan pernah mau untuk berkompromi dengan Iblis dalam kehidupan kita. Tuhanlah yang memiliki dan menjaga kehidupan kita.


Tuhan memberkati. Amen.


Pangkalanjati, 1 September 2008

jk


Thanks to esermons dot com and corbis dot com for the wonderful pics. :-)




Selamat menunaikan ibadah Puasa Ramadhan




Rekan-rekan terkasih,


Saya dan seluruh keluarga mengucapkan, "Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1429H kepada semua pembaca Muslim/Muslimah yang mulia, dan tentunya kepada seluruh umat Islam yang saya kasihi. Semoga ibadah puasa dan sembahyang yang kita lakukan, sungguh-sungguh kita lakukan dengan tulus sebagai wujud pengabdian hidup kita kepada Allah."


Kalau boleh, ijinkanlah saya berbagi kisah seputar puasa menurut Alkitab, yaitu ketika Yesus melakukan puasa 40 hari 40 malam di padang gurun. Kisah ini adalah kisah nyata tentang puasa Yesus menurut Injil Matius, sebagaimana tertulis dalam Matius 4:1-11. Sebagai catatan, jika dalam kisah dituliskan "Anak Allah", maka itu tidaklah menunjukkan hubungan biologis, melainkan hubungan iman (spiritual) dan iradat (karakter).



***



"Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.


Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."


Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"


Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku" Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"


Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus."


***


Dengan segala kerendahan hati saya berharap kisah di atas bisa menjadi bahan perenungan dan inspirasi bagi rekan-rekan Muslim/Muslimah dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan-Nya.


Tuhan memberkati kita. Amen.


Pangkalanjati, 1 Ramadhan 1429H
jk



31 Agustus 2008

Mengikut Yesus : Menyangkal Diri dan Memikul Salib





Refleksi atas Matius 16:21-28


Tidak ada orang normal mana pun di atas dunia ini yang ingin hidupnya menderita. Semua orang, sejak dulu hingga saat ini tentunya ingin menjalani kehidupan yang baik, lancar, dan tidak harus menderita. Bahkan anggapan umum dalam kehidupan kita hampir selalu melihat penderitaan atau kesusahan sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, sesuatu yang harus dihindari, dan sedapat mungkin tidak dialami sepanjang hidup. Kalau bisa “muda foya-foya, tua kaya-raya, mati masuk sorga …”.


Dalam Matius 16:21-28, ketika Yesus mengatakan bahwa Ia harus menghadapi berbagai macam penderitaan, bahkan siksaan, dan kematian yang mengerikan dengan cara dibunuh, Petrus kelihatannya tidak siap. Ia pun mengatakan kepada Yesus, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Bukan hanya Petrus tidak rela Gurunya, Mesiasnya, Tuhannya disiksa dan dibunuh, tapi juga kelihatannya ia tidak siap untuk ikut menderita bersama dengan penderitaan Gurunya itu. Dan itu terbukti dalam rentetan peristiwa penangkapan dan penyaliban Yesus, di mana Petrus menyangkal pengenalannya akan Kristus.


***


Mari kita melihat apa jawaban Yesus kepada Petrus. Pada ayat yang ke-23, dengan keras dan tegas, Yesus mengatakan kepada Petrus, “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Nah lho …


Apa yang kira-kira kita rasakan kalau kita saat itu berada pada posisi Petrus? Dimarahi, bahkan ditengking oleh Yesus, “Enyahlah Iblis! Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, …Wheeelhadalah ... aku mendoakan jangan sampai hal yang buruk terjadi, kok malah dianggap Iblis. Kira-kira apa yang akan kita rasakan? Kecewa? Sakit hati? Mutung? Atau langsung kabur … Nggak mau lagi ikut Yesus?


Nah, mengapa Yesus sampai mengatakan hal sekeras itu? Mari kita simak lebih lengkap apa yang Yesus katakan, “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” … Ooh, ternyata, saat Petrus mengatakan, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”, itu menunjukkan bahwa Petrus hanya memikirkan apa yang diinginkannya, bukan apa yang Allah inginkan. Ia hanya merindukan apa yang dirinya rindukan, bukan apa yang Allah Sang Bapa rindukan. Dan itu menunjukkan bahwa Petrus tidak siap menderita bagi Yesus.


***


Memang, tidak setiap kehendak Allah adalah agar kita mengalami penderitaan. Begitu pula sebaliknya, tidak setiap penderitaan yang kita alami adalah kehendak Allah. Saya mencatat paling tidak ada 4 macam penderitaan yang kita alami :




1. Penderitaan oleh karena kelalaian atau kebodohan kita sendiri. Kalau kita sakit paru-paru atau asthma atau kanker karena kecanduan merokok, ya jangan bilang itu penderitaan yang Allah kehendaki. Penderitaan semacam itu jelas-jelas adalah karena kelalaian atau kebodohan kita sendiri. Begitu pula misalnya, kita hidup berkekurangan karena kita malas kerja … kita nggak disukai orang karena sombong, senang mencela atau mengecam orang lain … kita dijauhi orang se-RT atau RW karena hidup seenaknya saja, buang sampah sembarangan, nggak mau bertegur sapa dengan tetangga, nggak pernah bayar iuran warga. :-) Semua itu secara jujur perlu kita akui sebagai penderitaan atau kesusahan atau ketidaknyamanan hidup oleh karena kelalaian atau kebodohan kita sendiri.






2. Penderitaan oleh karena bencana alam, misalnya bencana yang dialami oleh saudara-saudara kita di Aceh, di Nias, di Bantul, atau di Bengkulu. Dalam penderitaan semacam itu, tentu saja tidak ada orang yang benar-benar siap, dan oleh karenanya sangat bisa dipahami kalau dalam kondisi bencana seperti itu, banyak orang menjadi frustrasi, depresi, atau stres karena mereka kehilangan orang-orang yang mereka sayangi atau kehilangan rumah dan harta benda mereka.


***


Dua bentuk penderitaan lainnya, kita bisa gali dari perkataan Yesus kepada Petrus. Yesus mengatakan secara tegas kepada Petrus, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Apa artinya menyangkal diri? Apa artinya memikul salib?


Nah, saya mau mulai dari memikul salib. Apa itu memikul salib? Memikul salib berarti :




3. Menanggung penderitaan oleh karena kita mengalami ketidakadilan (diskriminasi) karena keputusan kita untuk menjadi pengikut Kristus. Siapa yang menyangka bahwa suatu saat gerejanya akan ditutup oleh sekelompok massa? Atau … lihatlah kantor PGI di Jl. Salemba No. 10 yang dirusak oleh para anggota Satpol PP yang tidak bertanggung jawab itu … atau, masih ingatkah kita akan kasus Tibo dan teman-temannya, yang begitu cepat dihukum mati, padahal mulai ada bukti baru yang muncul sebelum dilaksanakannya eksekusi?


Saat kita menderita oleh karena kita mengikut Yesus, kuatkanlah hati kita, kuatkanlah iman kita. Mohonlah kekuatan dari Allah Roh Kudus untuk dapat menghadapi itu semua. Tuhan mengatakan kepada Musa dan juga kepada kita, “Bukankah Aku akan menyertai engkau?” (Keluaran 3:12) Rasul Paulus juga memberikan nasihat kepada orang-orang percaya di kota Roma, “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! … Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! … Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan.” (Roma 12:12, 17, 21) Saat menghadapi penderitaan oleh karena kita disingkirkan di negeri ini sebagai pengikut Kristus, tetaplah teguh menjalankan kehendak Allah seperti Yesus … tetaplah berdiri teguh dalam iman dan dalam kuat kuasa Roh Kudus. Firman Tuhan dalam Matius 10:22 mengatakan, “Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”


Berikutnya, menyangkal diri. Apa arti menyangkal diri? Menyangkal diri berarti :




4. Menanggung penderitaan atau ketidaknyamanan yang sengaja kita abdikan sebagai bentuk nyata mengikut Yesus, menyangkal diri, dan memikul salib. Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” (I Yohanes 2:6) Hidup sama seperti Kristus telah hidup berarti hidup menjalani kehendak Bapa di Sorga, bukan menjalani keinginan sendiri. Hidup sama seperti Kristus telah hidup berarti hidup menyangkal diri. Menyangkal diri berarti menanggalkan keinginan diri pribadi kita, dan mengikuti apa yang menjadi keinginan Allah. Mengikut Kristus ternyata tidaklah cukup dengan baptis, sidi, dan punya KTP yang ada tulisan agamanya Kristen. Menjadi pengikut Kristus ternyata belum cukup kalau cuma datang ke gereja, ikut PA, PD, Bidston, dan Sarasehan saja. Mengikut Kristus ternyata bukan soal belajar teologi sampai dapat titel S.Th., S.Si., M.Th., M.Min., D.Min., bahkan Ph.D.. Mengikut Kristus ternyata adalah soal meneladani hidup Kristus.


Kalau saya merasa saya berhak marah-marah karena orang menyakiti diri saya, maka saya perlu menyangkal diri dengan merendahkan diri saya dan memaafkan orang itu dengan sepenuh hati bahkan berdoa agar Tuhan memberkatinya.


Kalau saya merasa berhak mengecam atau mengkritik orang karena orang tersebut kurang baik di mata saya, maka saya perlu menyangkal diri dengan berintrospeksi, melihat diri saya sendiri – lalu mencoba melihat sisi positif orang itu.


Kalau saya merasa berhak membanggakan kepandaian atau keberhasilan saya di depan orang lain, maka saya perlu menyangkal diri dengan merendahkan diri saya dan mengakui bahwa kepandaian dan keberhasilan adalah berkat Tuhan semata, dan bahwa kepandaian serta keberhasilan itu adalah untuk membuat orang lain pandai dan berhasil juga.


Kalau saya merasa berhak mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya untuk kesenangan hidup saya, istri saya, anak-anak saya, cucu-cucu saya, dan buyut-buyut saya, maka saya perlu menyangkal diri dengan cara mengakui bahwa semua harta saya adalah berkat Tuhan, dan harta saya itu perlu saya gunakan juga untuk mensejahterakan orang lain, menolong orang miskin, memberikan bantuan pendidikan, kesehatan, dan memberikan persembahan.


***


Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan suatu cerita kisah nyata dari Somalia, yang diceritakan oleh seorang wartawan asing yang bekerja di sana. Pada suatu hari, ia datang ke suatu desa, dan melihat antrian orang yang begitu panjang untuk mendapatkan bantuan sembako dari PBB. Ada puluhan bahkan mungkin ratusan orang yang mengantri untuk mendapatkan beras, minyak, dan buah-buahan. Dan setelah beberapa lama, karena begitu banyak orang yang mengantri, para relawan pembagi bantuan itu kehabisan beras dan minyak, bahkan hanya buah pisang yang tersisa. Akibatnya, orang-orang yang mengantri pada barisan paling akhir hanya mendapatkan satu buah pisang. Pandangan sang wartawan asing ini pun tiba-tiba tertuju pada seorang anak perempuan yang berumur sekitar 16 tahunan. Dengan tangannya yang kurus dan lemah, ia menerima sebuah pisang dari para relawan PBB itu, namun, ia tidak langsung memakannya. Ia membawa buah pisang itu ke bawah pohon di dekat tempat itu, di mana di sana sudah menunggu 5 orang adiknya yang masih kecil-kecil. Apa yang dia kerjakan? Dia kemudian membagi pisang itu menjadi 5 bagian. Ya, 5 bagian … bukan 6 bagian. Ia kemudian memberikan masing-masing potongan pisang itu kepada adik-adiknya, sedangkan Ia sendiri kemudian hanya menjilati dan menggigiti kulit pisang yang ia tersisa di tangannya.


Sebuah teladan nyata yang sungguh luar biasa tentang penyangkalan diri. Bagaimana dengan kita? Mari mengikut Yesus, mari menyangkal diri, mari memikul salib kita setiap hari.


Tuhan memberkati kita. AMEN.

jk




30 Agustus 2008

Contagious




Contagious
. Menular. Banyak hal dalam hidup kita ternyata menular. Bukan cuma penyakit. Bukan cuma virus dan bakteri. Bukan cuma pilek anak saya yang pagi ini mulai menular ke adiknya, dan ke mamanya, lalu ke saya.


Banyak hal dalam hidup ini - cepat atau lambat, dengan mudah atau melalui proses - menular kepada orang di sekitar kita. Bukan cuma yang baik. Tapi juga yang kurang baik. Nggak hanya kebiasaan baik - namun juga kebiasaan buruk. Bukan hanya antusiasme - tapi juga sikap tak acuh. Bukan hanya ketekunan melayani - tapi juga keengganan untuk melangkah dalam pelayanan.

Itulah kenapa Yesus mengajarkan hukum kasih, agar kita juga menularkan kasih - bukan kekerasan. Oleh alasan itulah Kristus mengadakan banyak mujizat, agar kita juga mentransformasi dunia kita menjadi lebih baik. Bahkan dengan prinsip penularan itulah Allah rela menyerahkan nyawa-Nya bagi kita (Yoh. 3:16) ... supaya kita juga menyerahkan nyawa kita bagi sesama (I Yoh. 3:16).

Entah Anda dan saya sebagai penatua, pendeta, ayah, ibu, manager, direktur, karyawan biasa, buruh, atau ibu dan bapak rumah tangga, kita perlu menyadari hukum alam tentang penularan ini, dan mengoptimalkannya untuk melayani Tuhan.

***

Dalam konteks Gereja, kalau seorang penatua rajin dalam mengunjungi warganya, maka itu akan menular - warga jemaat akan dengan sukacita mengunjungi satu sama lain.

Kalau seorang pendeta bertekun dalam pembangunan spiritualitas diri dan keluarganya, that also is very contagious - warga jemaatnya pun akan dengan tekun membangun spiritualitas diri dan keluarganya.

Kalau seorang manajer marketing bersikap antusias dalam memperluas jaringan relasi, dan memelihara client-network-nya, maka karyawannya pun pasti akan tertular antusiasme yang sama.

Kalau seorang buruh bersemangat dan jujur dalam bekerja, maka dirinya akan bersinar begitu terang di tempat kerjanya, hingga bahkan sang CEO pun akan tertular semangat dan kejujuran yang sama.

***

Tapi kalau sang penatua sibuk dengan urusan kerja dan bisnisnya sendiri dan tidak mau meluangkan waktu untuk memberi perhatian bagi warga jemaatnya, maka warga jemaatnya pun akan sibuk dengan urusannya sendiri.

Kalau - maaf - sang pendeta hanya buka Alkitab kalau mau persiapan khotbah Minggu, Persekutuan Doa, Pendalaman Alkitab, atau Sarasehan, maka jangan terlalu berharap warga jemaatnya sehari-hari akan akrab dengan Firman Allah.

Kalau seorang ayah atau ibu tidak pernah meluangkan waktunya untuk menyenangkan anak-anaknya, ya jangan terlalu berharap sang anak akan betah di rumah.

***

Itulah kenapa Bob Marley pun mengingatkan dalam lagunya, "Don't Worry Be Happy" :

"Cos when you worry your face will frown, and that will bring everybody down, so don't worry, be happy."

"Karena kalau kamu kuatir, mukamu akan jadi muram, dan semua orang pun akan ikut-ikutan muram. Jadi jangan kuatir deh, happy aja lah."

***

Ya. Banyak hal menular. Karenanya, mari menularkan yang baik bagi keluarga, tetangga, warga gereja, teman kerja, bawahan, atasan, dan rekan usaha.

Semoga kehadiran blog ini bisa menularkan hal-hal yang baik bagi kehidupan Anda dan orang-orang yang Anda kasihi. Kalau ada hal yang negatif, ya mohon dimaafkan saja - atau lebih baik lagi, sampaikan komentar Anda. Seperti yang ditulis oleh si Uda di dinding rumah makan Padang dekat rumah, "Jika Anda puas, beri tahu kawan. Jika Anda kurang puas, beri tahu kami."

Tuhan memberkati Anda. Amen.

Pangkalanjati, August 08
jk